Pasang iklan di sini Rp. 50.000/bulan

2:55 PM
5
Bukan Hollywood jika dalam filmnya tidak berusaha mencoreng citra Islam. Bisa dibilang hampir seluruh film-film Hollywood yang bertemakan terorisme, para pelakunya digambarkan sebagai umat Islam, tentu saja dengan simbol-simbol khas umat Islam seperti berjenggot, mengucapkan salam, takbir hingga terdengar suara adzan.

Tak ketinggalan dengan film terbaru Hollywood berjudul “Java Heat”. Mengambil suting di Yogjakarta dan sekitarnya, film ini berusaha mempertemukan dua budaya yaitu Amerika dan Indonesia yang ceritanya ditengahi dengan intrik-intrik dalam keindahan bangunan istana tua, candi-candi dalam labirin terowongan bawah tanah dan dunia kriminal di sebuah kota di tengah-tengah Pulau Jawa, kata penulis skenario dan produser film tersebut, Rob Allyn, pada tahun 2010 lalu.

“Java Heat” mengangkat kisah penculikan putri kraton Yogyakarta Hadiningrat yang dibarengi dengan pencurian barang berharga seperti perhiasan milik istana oleh penjahat internasional. Kemudian untuk mengungkap kasus ini, Polisi Indonesia mendapat bantuan dari tim profesional Amerika Serikat (Intel), sebuah cerita yang sangat biasa dan tidak memerlukan otak untuk mencerna film yang berbiaya belasan milyar ini.

Film ini menjadi tidak biasa ketika mengangkat eksotiknya Yogyakarta dengan kasus terorisme yang selalu dikaitkan dengan Islam. Dalam salah satu adegan di awal-awal film, sudah digambarkan sosok ‘teroris’ dengan rompi penuh berisi bom, meledakkan diri ditengah kerumunan orang sambil meneriakkan “Allahu Akbar”.

Lebih parahnya lagi, sosok Jake Travers (diperankan oleh Kellan Lutz salah satu pemain dalam film Twillight) yang menjadi jagoan Amrik di film ini, sewaktu di kampus bertemu dengan mahasiswi berjilbab, tidak berapa lama kemudian lewat dua mahasiswa berpakaian ala ‘Salafi’, memakai kupluk, gamis, berjenggot dan si mahasiswi mengatakan “they killed her”. Berusaha menjelaskan bahwa orang-orang seperti itulah yang telah melakukan aksi bom bunuh diri tersebut.

Sosok sentral penjahat dalam film “Java Heat” adalah seorang bule bernama ‘Malik’ (diperankan oleh aktor terkenal Hollywood Mickey Rourke). Meski bernama Islami, ‘Malik’ juga doyan ama bocah laki-laki untuk penyaluran hasrat seksualnya.

Malik sendiri seorang penjahat kelas internasional yang berburu perhiasan mahal milik kraton Yogyakarta namun berkolaborasi dengan ‘jihadis’ lokal bernama Ahmad yang di film ini digambarkan sangat nyaman duduk di tempat maksiat meskipun tidak melakukan yang dilarang agama selama berada di tempat maksiat tersebut.

Film berdurasi hampir satu setengah jam ini, bisa dibilang dari awal hingga akhir telah membuat stigmanisasi negatif tentang Islam dan umat Islam. Alih-alih berusaha membuat bagaimana tolerannya umat Islam, yang ada justru unsur pluralisme yang diangkat. Bagaimana letnah Hasyim anggota Densus 88 (diperankan oleh Ario Bayu) memandikan jasad rekan polisinya yang kristen di masjid dan memandikannya ala Islam.

jv1Beberapa poin yang unik dalam film “Java Heat” adalah penggambaran kantor polisi. Kantor polisi sekelas kota Yogyakarta, digambarkan kumuh, kucel, terbelakang. Untuk memutar video rekaman saja, yang tersedia televisi jadul hitam putih. Bahkan kantor polisi sekelas polsek di daerah pun tidak sebegitu terbelakangnya. Dan uniknya lagi, letnan Hasyim mengenakan baju polisi dengan di kiri bajunya bertuliskan Densus 88, juga mobil sedan polisinya di pintu sampingnya juga bertuliskan densus 88, sesuatu yang aneh dan menggelikan. Karena anggota Densus 88 sangat tidak ingin sosok dirinya dikenal di tengah masyarakat.

Sebagai catatan akhir, film “Java Heat” adalah film yang sudah layu sebelum berkembang, karena pemutaran perdananya di bioskop seharusnya pada 18 April, namun bajakannya (bahkan sudah versi blue ray) hampir sebulan sudah beredar di lapak-lapak penjualan DVD bajakan serta di internet.

Sumber : islampos.com


5 komentar:

  1. Ketelaluan banget ya.

    ReplyDelete
  2. cacad lo semua film.

    ReplyDelete
  3. BAKAR AJA NIH Filmnya .. jgn ada yg mw Beli kaset nya

    ReplyDelete
  4. The Fact 1st : Para terroris di Dunia memang sering berpakaian / menggunakan identitas seorang Muslim. Jadi apa salahnya orang yang tidak mengenal / mempelajari kata "Suudzon" bertanya bahwa orang2 bergamis itu adalah pembunuh.
    Fact 2nd : "Bukan Hollywood jika dalam filmnya tidak berusaha mencoreng citra Islam." kalimat ini seakan meprovokasi umat muslim untuk membenci orang lain, apakah itu yang diajarkan Nabi Muhammad SAW pada kita? Film Hollywood "My Name is Khan" adalah film yang menyatakan keindahan dan kedamaian dalam Islam.
    Fact 3th : Tentang Malik, pada kenyataanya di dalam Pesantren sering terjadi hal tersebut dan kita tidak bisa memungkirinya kan?

    ReplyDelete