Pasang iklan di sini Rp. 50.000/bulan

9:42 AM
0
Pendapat sejumlah ustad yang menyebut sebagian acara ritual Tabot adalah perbuatan syirik dan perlu dikeluarkan fatwa oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bengkulu, mendapat reaksi keras dari Kerukunan Keluarga Tabot (KKT). Organisasi masyarakat itu mengancam akan terjadi konflik horizontal jika MUI mengeluarkan fatwa syirik terhadap upacara Tabot.

Dewan Asyura KKT, Heriyadi Amin mengaku tidak takut apabila MUI Provinsi Bengkulu mengeluarkan fatwa syirik tentang ritual tabot. Tapi dia mengingatkan, bila fatwa itu sampai keluar, maka tragedi kemanusiaan seperti di Ambon Maluku, akan terulang di Bengkulu.

“Saya yakin itu. Silakan keluarkan fatwa, MUI itu memang hebat karena telah membuat kacau dan rusuh. Tapi ingat, kalau fatwa itu dikeluarkan maka akan terjadi konflik horizontal. Lihat saja nanti,” ancam Heriyandi Rabu (20/11) sebagaimana dilansir Harian Rakyat Bengku.

Menurut Heri, sebenarnya fatwa tidak ada hubungannya dengan budaya. “Tabot itu budaya. Apanya yang syirik? Tidak ada yang syirik. Tabot adalah budaya Bengkulu yang telah dijaga selama ratusan tahun. Mana bisa dihilangkan dari Bengkulu, kalau sampai terjadi konflik horizontal, jangan heran kalau kejadian di Ambon terjadi juga di Bengkulu,” ujar Heri.

Dikatakan Heri, ustad-ustad yang berpendapat ritual tabot adalah perbuatan syirik perlu dipertanyakan. Heri mengusulkan sebaiknya seluruh ustad yang berpotensi membuat rusuh dipindahkan dari Kota Bengkulu. “Kalau benar-benar ustad  dan beragama Islam janganlah membuat rusuh. Ini namanya membuat rusuh dengan membuat banyak ustad berpecah belah dan mengkait-kaitkan syirik dengan budaya. Ustad yang membuat rusuh itu suruh pindah saja dari Bengkulu,” tegas Heri.

Menurut penjelasan Heri, tidak ada satu pun dari ritual tabot yang bisa dikatakan syirik. “Syirik dari mana? Kalau membakar kemenyan di kuburan itu tidak bisa dikatakan syirik. Sembarangan aja. Kalau soal ada yang kesurupan itu kan wajar. Kita juga harus percaya kepada yang mistik. Masa orang kesurupan dikatakan syirik?,” ujar Heri.

Ditanya apakah ada kemungkinan KKT akan melakuklan aksi Demo atau mendatangi MUI, Heri mengatakan tidak akan pernah melakukan hal itu. “Ngapain kita harus demo? Emangnya kita mahasiswa apa? Yang demo itu mahasiswa, bukan KKT. Intinya silakan saja keluarkan fatwa, tapi lihat apa yang akan terjadi,” kata Heri.

Heri menilai pemerintah terkesan cuek dan tidak peduli dengan permasalahan yang sedang terjadi. “Ini tidak bisa dikatakan masalah kecil atau sepele. Di saat masalah ini muncul, kenapa pemerintah diam saja? Kemana mereka semua?,”

Sumber : kiblat.net

0 komentar:

Post a Comment