Demo buruh yang terjadi di Bekasi menimbulkan persepsi yang negatif dari para investor, terutama asing. Bahkan, akibat demo ini ada 400 perusahaan dari satu negara asing yang akan merelokasi pabriknya ke luar Jakarta dan sekitarnya, termasuk Bekasi.
"Sudah banyak yang akan merelokasi, salah satu negara yang anggotanya ada 400 perusahaan akan merelokasi pabrik tekstilnya di sebuah kawasan di luar Jakarta," kata Committee of Manpower, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Mulyadi Djaya, di Jakarta, Jumat, 27 Januari 2012.
Menurut Mulyadi, perusahaan yang berasal dari satu negara ini sudah berterus terang mengatakan kepada pemerintah jika selalu terjadi kenaikan Upah Minimum Kabupaten (UMK), mereka akan merelokasi pabriknya ke tempat lain yang lebih kondusif.
"Jakarta saja ada 70 perusahaan. Untung akan relokasinya ke luar Jakarta, bukan keluar Indonesia," ujarnya.
Mulyadi menuturkan, kenaikan peringkat Indonesia menjadi investment grade dari dua lembaga pemeringkat investasi, seharusnya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk perekonomian Indonesia.
Dia menambahkan, adanya perselisihan antara buruh dan pengusaha ini justru kontraproduktif terhadap perbaikan ekonomi. Hal ini, karena investor, terutama asing merasa tidak mendapatkan kepastian dalam hal upah buruh.
"Semua kita rugi, terutama di mata investor internasional. Buruh juga rugi, kalau kerja kan mereka juga dapat uang. Kalau tidak kerja, kan rugi," kata Mulyadi.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Industri Alas Kaki Indonesia (Aprisindo), Binsar Marpaung, mengatakan investor asing selama ini sudah percaya pada kondisi perekonomian Indonesia. Namun, dengan adanya konflik seperti ini mereka akan berfikir ulang untuk berinvestasi di Indonesia.
"Jangka panjang tahun ini banyak investor dari luar negeri. Mereka melihat di Indonesia secara umum stabil, tetapi kalau begini ya sulit. Ke depan, mereka akan lari," kata dia.
Sumber : vivanews.com
"Sudah banyak yang akan merelokasi, salah satu negara yang anggotanya ada 400 perusahaan akan merelokasi pabrik tekstilnya di sebuah kawasan di luar Jakarta," kata Committee of Manpower, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Mulyadi Djaya, di Jakarta, Jumat, 27 Januari 2012.
Menurut Mulyadi, perusahaan yang berasal dari satu negara ini sudah berterus terang mengatakan kepada pemerintah jika selalu terjadi kenaikan Upah Minimum Kabupaten (UMK), mereka akan merelokasi pabriknya ke tempat lain yang lebih kondusif.
"Jakarta saja ada 70 perusahaan. Untung akan relokasinya ke luar Jakarta, bukan keluar Indonesia," ujarnya.
Mulyadi menuturkan, kenaikan peringkat Indonesia menjadi investment grade dari dua lembaga pemeringkat investasi, seharusnya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk perekonomian Indonesia.
Dia menambahkan, adanya perselisihan antara buruh dan pengusaha ini justru kontraproduktif terhadap perbaikan ekonomi. Hal ini, karena investor, terutama asing merasa tidak mendapatkan kepastian dalam hal upah buruh.
"Semua kita rugi, terutama di mata investor internasional. Buruh juga rugi, kalau kerja kan mereka juga dapat uang. Kalau tidak kerja, kan rugi," kata Mulyadi.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Industri Alas Kaki Indonesia (Aprisindo), Binsar Marpaung, mengatakan investor asing selama ini sudah percaya pada kondisi perekonomian Indonesia. Namun, dengan adanya konflik seperti ini mereka akan berfikir ulang untuk berinvestasi di Indonesia.
"Jangka panjang tahun ini banyak investor dari luar negeri. Mereka melihat di Indonesia secara umum stabil, tetapi kalau begini ya sulit. Ke depan, mereka akan lari," kata dia.
Sumber : vivanews.com
0 komentar:
Post a Comment