Peternak asal Belanda Kees de Jong menyebutkan kawasan dan lingkungan peternakan di Jawa Barat sangat ideal dan membuat iri para peternak sapi Eropa.
"Kawasan peternakan sapi di Pangalengan, Garut, Sumedang dan Lembang membuat kami iri, sangat bagus dan cocok untuk peternakan sapi perah. Saya melihat kawasan itu sangat strategis untuk industri susu di Jabar," kata Kees de Jong di sela-sela diskusi yang digelar Rabobank di Bandung, Jumat.
Peternak sapi sukses di Belanda yang juga bankir tersebut menyampaikan masukannya kepada para peternak di Jawa Barat. Salah satunya melakukan tukar menukar pengalaman, khususnya dalam meningkatkan kualitas hijauan pakan serta instalasi pendinginan (cooling unit).
"Proses pendinginan sangat penting untuk menekan angka kandungan bakteri, menekan penggandaan bakteri. Suhu panas kurang bagus bagi susu, selain itu distribusinya juga perlu dipercepat," kata Kees.
Selama empat hari pertama di Indonesia, de Jong mengunjungi peternak sapi perah di Bandung, Garut dan Sumedang yang tergabung dalam mitra koperasi Rabobank Fondation antara lain KPSBU lembang, KSU Tandangsari Garut, KPBS Pangalengan dan KPGS Garut Selatan.
Menurut dia, kualitas susu merupakan fungsi dan manajemen produksi yang mencakup koperasi dan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses dari awal hingga akhir.
"Produksi susu yang lebih baik tidak selalu memerlukan metode canggih, tapi juga dapat dicapai dengan pendekatan praktis," katanya.
Selama itu, ia melihat berbagai tantangan dan kemudian pengetahuan serta keahlian dalam pengelolaan peternakan sapi.
Hasil dari kunjungan itu, diharapkan dapat membantu peternak sapi meningkatkan pendapatan mereka dengan memperbaiki manajemen pengolahan peternakan serta mencari solusi praktis mengenai makanan ternak untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan.
"Salah satunya rumput pakan, di Indonesia rata-rata terlalu panjang-panjang. Idealnya rumput pakan pendek-pendek agar mudah dicerna, itu perlu untuk kesehatan sapi," katanya.
Menurut dia, peternak di Jawa Barat perlu menyiasati kendala distribusi susu yang bisa mencapai tujuh jam seperti yang dialami peternak sapi di Garut.
"Model peternakan juga perlu diperbaiki, sebagian besar sudah memenuhi syarat, namun tetap perlu disesuaikan. Yang jelas manajemen pengelolaan produknya salah satunya menekan TPC atau jumlah kandungan bakteri susu di kawasan Jabar yang masih tinggi, dengan mengoptimalkan instalasi pendinginan," katanya.
Sementara itu produksi susu KPBS Pangalengan mencapai 130.000 Kgs per hari, KSBU Lembang 120.000 Kgs per hari dan KSGS Garut 29.000 Kgs per hari.
Sementara itu Project Manajer Indonesia Rabobank Fondation, Bern Dwyanto menyebutkan bank tersebut memulai kemitraan dengan kopetasi susu Bandung pada 2010. Salah satunya program yang diprakarsai adalah program biogas yang membantu peternak sapi perah menghasilkan energi dari kotoran sapi yang diolah dengan digester biogas.
"Saat ini ada lima koperasi peternak susu yang menjadi mitra kami, dan merupakan bagian dari belasan program lainnya yang digelar di Indonesia, tujuannya meningkatkan standar hidup petani dan rakyat kecil lainnya dengan menyediakan dukungan teknis dan keuangan," kata Bern Dwyanto menambahkan.
Sumber : antaranews.com
"Kawasan peternakan sapi di Pangalengan, Garut, Sumedang dan Lembang membuat kami iri, sangat bagus dan cocok untuk peternakan sapi perah. Saya melihat kawasan itu sangat strategis untuk industri susu di Jabar," kata Kees de Jong di sela-sela diskusi yang digelar Rabobank di Bandung, Jumat.
Peternak sapi sukses di Belanda yang juga bankir tersebut menyampaikan masukannya kepada para peternak di Jawa Barat. Salah satunya melakukan tukar menukar pengalaman, khususnya dalam meningkatkan kualitas hijauan pakan serta instalasi pendinginan (cooling unit).
"Proses pendinginan sangat penting untuk menekan angka kandungan bakteri, menekan penggandaan bakteri. Suhu panas kurang bagus bagi susu, selain itu distribusinya juga perlu dipercepat," kata Kees.
Selama empat hari pertama di Indonesia, de Jong mengunjungi peternak sapi perah di Bandung, Garut dan Sumedang yang tergabung dalam mitra koperasi Rabobank Fondation antara lain KPSBU lembang, KSU Tandangsari Garut, KPBS Pangalengan dan KPGS Garut Selatan.
Menurut dia, kualitas susu merupakan fungsi dan manajemen produksi yang mencakup koperasi dan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses dari awal hingga akhir.
"Produksi susu yang lebih baik tidak selalu memerlukan metode canggih, tapi juga dapat dicapai dengan pendekatan praktis," katanya.
Selama itu, ia melihat berbagai tantangan dan kemudian pengetahuan serta keahlian dalam pengelolaan peternakan sapi.
Hasil dari kunjungan itu, diharapkan dapat membantu peternak sapi meningkatkan pendapatan mereka dengan memperbaiki manajemen pengolahan peternakan serta mencari solusi praktis mengenai makanan ternak untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan.
"Salah satunya rumput pakan, di Indonesia rata-rata terlalu panjang-panjang. Idealnya rumput pakan pendek-pendek agar mudah dicerna, itu perlu untuk kesehatan sapi," katanya.
Menurut dia, peternak di Jawa Barat perlu menyiasati kendala distribusi susu yang bisa mencapai tujuh jam seperti yang dialami peternak sapi di Garut.
"Model peternakan juga perlu diperbaiki, sebagian besar sudah memenuhi syarat, namun tetap perlu disesuaikan. Yang jelas manajemen pengelolaan produknya salah satunya menekan TPC atau jumlah kandungan bakteri susu di kawasan Jabar yang masih tinggi, dengan mengoptimalkan instalasi pendinginan," katanya.
Sementara itu produksi susu KPBS Pangalengan mencapai 130.000 Kgs per hari, KSBU Lembang 120.000 Kgs per hari dan KSGS Garut 29.000 Kgs per hari.
Sementara itu Project Manajer Indonesia Rabobank Fondation, Bern Dwyanto menyebutkan bank tersebut memulai kemitraan dengan kopetasi susu Bandung pada 2010. Salah satunya program yang diprakarsai adalah program biogas yang membantu peternak sapi perah menghasilkan energi dari kotoran sapi yang diolah dengan digester biogas.
"Saat ini ada lima koperasi peternak susu yang menjadi mitra kami, dan merupakan bagian dari belasan program lainnya yang digelar di Indonesia, tujuannya meningkatkan standar hidup petani dan rakyat kecil lainnya dengan menyediakan dukungan teknis dan keuangan," kata Bern Dwyanto menambahkan.
Sumber : antaranews.com
0 komentar:
Post a Comment