Kesehatan Nafsiah Mboi membantah tudingan segelintir orang bahwa dirinya akan membagikan kondom gratis kepada remaja-remaja siswa SMA.
"Sejak tadi malam saya banyak di-sms, di-twitter dan sebagainya, mencela bahwa Menteri Kesehatan akan membagi-bagikan kondom secara gratis di SMA. Ini sama sekali tidak benar," kata Menkes di Jakarta, Rabu.
Menkes menjelaskan bahwa ia tidak pernah mendukung seks bebas dengan cara membagikan kondom kepada remaja, namun hanya menjalankan program itu bagi kelompok masyarakat yang melakukan seks berisiko yang di beberapa tempat termasuk juga remaja.
"Kami tidak akan membagi-bagikan kondom gratis pada masyarakat umum. Tetapi, kalau kita ketahui sekelompok masyarakat sudah mengetahui hubungan seks berisiko, maka pertama, pendidikan terhadap mereka perlu ditingkatkan," papar Menkes.
Pendidikan ini dikatakan Menkes sangat luas, mulai dari pendidikan agama, pendidikan kesehatan reproduksi, pendidikan bagaimana melindungi tubuhnya sendiri dan menghormati kehidupan. "Itulah yang paling penting sebenarnya," kata Nafsiah.
Selain itu, remaja yang termasuk kelompok berisiko tertular HIV/AIDS itu seharusnya diberikan konseling perubahan perilaku agar segera menghentikan perilaku seks berisiko itu.
"Namun kalau seseorang tetap melakukan hubungan seks berisiko, yang bisa kita lakukan adalah menghimbau supaya menggunakan kondom untuk mengurangi dampak buruk hubungan seks berisiko," kata Nafsiah.
Penggunaan kondom pada seks berisiko, merupakan salah satu indikator MDGs butir keenam yaitu pencegahan penularan HIV/AIDS.
Seks berisiko dipaparkan Nafsiah merupakan setiap hubungan seks yang berisiko berakibat penularan penyakit kelamin termasuk HIV AIDS, gonore, sipilis dan lainnya dan berisiko kehamilan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan.
"Dalam kenyataan di masyarakat, seks berisiko terjadi di semua umur, termasuk pada remaja. Laporan BKKBN, ada sekitar dua juta aborsi tiap tahun," kata Menkes.
Selain kehamilan yang tidak dikehendaki, seks berisiko juga berperan terhadap penularan penyakit. "Kami melihat HIV/AIDS makin meningkat, penyakit kelamin makin meningkat. Kenapa? Karena meningkatnya seks berisiko," ujar Menkes.
Ia mengakui bahwa perilaku seks yang berisiko itu antara lain dipicu oleh pendidikan agama yang mungkin tidak cukup kuat, tidak kuat iman, adanya VCD porno di mana-mana maupun adanya stimulan untuk meningkatkan kegairahan seks.
"Saudara-saudara,kita harus hentikan. saya justru berterima kasih kepada orang-orang, masyarakat, yang merisaukan hal ini," kata Nafsiah.
Namun jika telanjur melakukan seks berisiko, Menkes berharap agar mereka mengubah perilaku dan tidak lagi melakukannya.
Sumber : inilah.com
"Sejak tadi malam saya banyak di-sms, di-twitter dan sebagainya, mencela bahwa Menteri Kesehatan akan membagi-bagikan kondom secara gratis di SMA. Ini sama sekali tidak benar," kata Menkes di Jakarta, Rabu.
Menkes menjelaskan bahwa ia tidak pernah mendukung seks bebas dengan cara membagikan kondom kepada remaja, namun hanya menjalankan program itu bagi kelompok masyarakat yang melakukan seks berisiko yang di beberapa tempat termasuk juga remaja.
"Kami tidak akan membagi-bagikan kondom gratis pada masyarakat umum. Tetapi, kalau kita ketahui sekelompok masyarakat sudah mengetahui hubungan seks berisiko, maka pertama, pendidikan terhadap mereka perlu ditingkatkan," papar Menkes.
Pendidikan ini dikatakan Menkes sangat luas, mulai dari pendidikan agama, pendidikan kesehatan reproduksi, pendidikan bagaimana melindungi tubuhnya sendiri dan menghormati kehidupan. "Itulah yang paling penting sebenarnya," kata Nafsiah.
Selain itu, remaja yang termasuk kelompok berisiko tertular HIV/AIDS itu seharusnya diberikan konseling perubahan perilaku agar segera menghentikan perilaku seks berisiko itu.
"Namun kalau seseorang tetap melakukan hubungan seks berisiko, yang bisa kita lakukan adalah menghimbau supaya menggunakan kondom untuk mengurangi dampak buruk hubungan seks berisiko," kata Nafsiah.
Penggunaan kondom pada seks berisiko, merupakan salah satu indikator MDGs butir keenam yaitu pencegahan penularan HIV/AIDS.
Seks berisiko dipaparkan Nafsiah merupakan setiap hubungan seks yang berisiko berakibat penularan penyakit kelamin termasuk HIV AIDS, gonore, sipilis dan lainnya dan berisiko kehamilan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan.
"Dalam kenyataan di masyarakat, seks berisiko terjadi di semua umur, termasuk pada remaja. Laporan BKKBN, ada sekitar dua juta aborsi tiap tahun," kata Menkes.
Selain kehamilan yang tidak dikehendaki, seks berisiko juga berperan terhadap penularan penyakit. "Kami melihat HIV/AIDS makin meningkat, penyakit kelamin makin meningkat. Kenapa? Karena meningkatnya seks berisiko," ujar Menkes.
Ia mengakui bahwa perilaku seks yang berisiko itu antara lain dipicu oleh pendidikan agama yang mungkin tidak cukup kuat, tidak kuat iman, adanya VCD porno di mana-mana maupun adanya stimulan untuk meningkatkan kegairahan seks.
"Saudara-saudara,kita harus hentikan. saya justru berterima kasih kepada orang-orang, masyarakat, yang merisaukan hal ini," kata Nafsiah.
Namun jika telanjur melakukan seks berisiko, Menkes berharap agar mereka mengubah perilaku dan tidak lagi melakukannya.
Sumber : inilah.com
0 komentar:
Post a Comment