Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendesak perusahaan pelat merah mengembangkan mobil listrik produksi dalam negeri. Ketua Tim Peneliti LIPI Abdul Hapid mengaku sulit berharap kepada industri otomotif nasional karena perusahaan-perusahaan tersebut sudah memiliki purwarupa tersendiri.
LIPI mengembangkan bus listrik berkapasitas 15 penumpang. Dengan kapasitas baterai 53 kWh, bus ini bisa menempuh jarak 150 kilometer. Sayang, harga bus ini masih sangat mahal, sekitar Rp 1,5 miliar. Saat ini komponen baterai dan sistem mencapai 40 persen dari total biaya produksi, Rp 400 juta.
Adapun badan usaha milik negara yang mungkin mengembangkan bus listrik dan sudah diajak berkomunikasi dengan LIPI adalah PT Industri Kereta Api (PT INKA). "Namun belum masuk tahap serius. Itu kan perlu keputusan dari tingkat atas," ucap Hapid, Selasa 26 Juni 2012.
Untuk sampai ke produksi massal, menurut dia, bus listrik harus masuk ke tahap purwarupa produksi. Namun tahap ini bukan lagi wilayah kerja LIPI. Sebab, biasanya lembaga riset hanya terlibat hingga pembuatan purwarupa ilmiah. "Tapi, kalau mau cepat, lembaga riset memang perlu dilibatkan. Kami sanggup menyelesaikan dalam waktu dua tahun," kata Hapid.
Sementara itu, Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta menargetkan produksi mobil listrik dalam jumlah terbatas dilakukan pada awal 2013 dan produksi mobil secara massal baru dilakukan pada 2014. "Akan lebih dulu untuk jenis sedan, sedangkan bus akan terus dikembangkan. Nanti akan dipakai dulu oleh instansi pemerintah." ujarnya.
Kementerian juga akan terus mengkaji teknologi baterai mobil agar kemampuannya meningkat. "Kami juga sudah memiliki teknologi untuk mengatur supaya, jika mobil mengisi tenaga secara serentak, listrik tidak padam," kata Gusti.
Menteri Perhubungan E.E. Mangindaan pun berjanji mendukung pengembangan dan penggunaan mobil listrik tersebut dengan perumusan regulasi dan infrastrukturnya.
Sumber : tempo.co
LIPI mengembangkan bus listrik berkapasitas 15 penumpang. Dengan kapasitas baterai 53 kWh, bus ini bisa menempuh jarak 150 kilometer. Sayang, harga bus ini masih sangat mahal, sekitar Rp 1,5 miliar. Saat ini komponen baterai dan sistem mencapai 40 persen dari total biaya produksi, Rp 400 juta.
Adapun badan usaha milik negara yang mungkin mengembangkan bus listrik dan sudah diajak berkomunikasi dengan LIPI adalah PT Industri Kereta Api (PT INKA). "Namun belum masuk tahap serius. Itu kan perlu keputusan dari tingkat atas," ucap Hapid, Selasa 26 Juni 2012.
Untuk sampai ke produksi massal, menurut dia, bus listrik harus masuk ke tahap purwarupa produksi. Namun tahap ini bukan lagi wilayah kerja LIPI. Sebab, biasanya lembaga riset hanya terlibat hingga pembuatan purwarupa ilmiah. "Tapi, kalau mau cepat, lembaga riset memang perlu dilibatkan. Kami sanggup menyelesaikan dalam waktu dua tahun," kata Hapid.
Sementara itu, Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta menargetkan produksi mobil listrik dalam jumlah terbatas dilakukan pada awal 2013 dan produksi mobil secara massal baru dilakukan pada 2014. "Akan lebih dulu untuk jenis sedan, sedangkan bus akan terus dikembangkan. Nanti akan dipakai dulu oleh instansi pemerintah." ujarnya.
Kementerian juga akan terus mengkaji teknologi baterai mobil agar kemampuannya meningkat. "Kami juga sudah memiliki teknologi untuk mengatur supaya, jika mobil mengisi tenaga secara serentak, listrik tidak padam," kata Gusti.
Menteri Perhubungan E.E. Mangindaan pun berjanji mendukung pengembangan dan penggunaan mobil listrik tersebut dengan perumusan regulasi dan infrastrukturnya.
Sumber : tempo.co
0 komentar:
Post a Comment