Penderitaan yang dihadapi warga Gaza di bulan Ramadan terasa sangat berat. Bukan saja karena ancaman serangan tentara Israel yang sewaktu-waktu sering terjadi, namun juga ibadah Ramadan yang seharusnya mereka jalani dengan khusyuk, tapi terpaksa dilakukan dalam suasana kegelapan. Gelap karena ketiadaan pasokan listrik.
Warga Gaza terpaksa harus menyalakan lilin di rumah dan tempat-tempat pengungsian mereka agar tetap dapat beribadah meski dalam keterbatasan cahaya.
"Kami pun tidak bisa menyalakan kipas angin karena listrik telah diputus. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sini," ujar pekerja konstruksi, Abu Khaled Abu Arab, sebagaimana dilansir OnIslam.net, Selasa (31/7/2012).
Sebanyak 1,6 juta penduduk Gaza alami pemadaman listrik selama Ramadan. Pasokan listrik di Gaza semakin tipis setelah rusaknya infrastruktur tenaga listrik akibat serangan brutal Israel tahun 2008 lalu. Serangan Israel saat itu menghancurkan 6 transformator dan hanya satu yang masih bisa beroperasi.
Namun keadaan kini menjadi buruk saat Ramadan yang bersamaan dengan musim panas yang panjang.
Tinggal di kamp pengungsian Shatii yang pengap bagi 65.000 pengungsi, Abu Khaled dan lima anaknya harus segera menyelesaikan berbuka puasa sebelum udara di dalam rumahnya semakin pengap. Atau untuk mendapatkan udara segar, mereka kadang berbuka puasa di luar rumah dengan memanfaatkan cahaya bulan.
Warga Gaza juga jarang menggunakan generator karena harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang sangat mahal. Naiknya harga BBM dikarenakan krisis minyak yang terjadi di wilayah tersebut.
"BBM sangat mahal, sedangkan saya harus menyimpan uang untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga saya," tutupnya.
Sumber : ramadan.detik.com
Warga Gaza terpaksa harus menyalakan lilin di rumah dan tempat-tempat pengungsian mereka agar tetap dapat beribadah meski dalam keterbatasan cahaya.
"Kami pun tidak bisa menyalakan kipas angin karena listrik telah diputus. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sini," ujar pekerja konstruksi, Abu Khaled Abu Arab, sebagaimana dilansir OnIslam.net, Selasa (31/7/2012).
Sebanyak 1,6 juta penduduk Gaza alami pemadaman listrik selama Ramadan. Pasokan listrik di Gaza semakin tipis setelah rusaknya infrastruktur tenaga listrik akibat serangan brutal Israel tahun 2008 lalu. Serangan Israel saat itu menghancurkan 6 transformator dan hanya satu yang masih bisa beroperasi.
Namun keadaan kini menjadi buruk saat Ramadan yang bersamaan dengan musim panas yang panjang.
Tinggal di kamp pengungsian Shatii yang pengap bagi 65.000 pengungsi, Abu Khaled dan lima anaknya harus segera menyelesaikan berbuka puasa sebelum udara di dalam rumahnya semakin pengap. Atau untuk mendapatkan udara segar, mereka kadang berbuka puasa di luar rumah dengan memanfaatkan cahaya bulan.
Warga Gaza juga jarang menggunakan generator karena harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang sangat mahal. Naiknya harga BBM dikarenakan krisis minyak yang terjadi di wilayah tersebut.
"BBM sangat mahal, sedangkan saya harus menyimpan uang untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga saya," tutupnya.
Sumber : ramadan.detik.com
0 komentar:
Post a Comment